Tolong matikan adblock dan script blocker Anda untuk melihat halaman ini.

─̶─Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D─̶─


Penerjemah : D.Blank13th


Chapter 2

1x1=Aimless

Part IX


Sudah berapa lama semenjak ShuVi datang ke koloni?

Karena tidak ada kalender yang tepat, jika perkiraan-perkiraan itu harus dibuat, dia telah tinggal di koloni selama [Sekitar setahun].

Waktu berlalu, Riku merasa. Itu beberapa hari, namun rasanya seperti seabad baginya─̶─.... “......Kubilang, tepatnya berapa banyak orang di ras Old Deus?”

Bermain game catur dengan ShuVi di kamar tidur yang sempit, Riku secara tidak senang mangangkat wajahnya dan bertanya.

“...Dalam teori ada [Tak terbatas] jumlahnya......Jumlah konsep, sebanding.....Tapi kebanyakan dari mereka tidak memenuhu....Kondisi untuk hidup.”

Riku memiliki ekspresi muram dalam menanggapi jawaban tak pasti ShuVi.

Riku mendesah, harus menghadapi kebenaran bahwa dia kalah dari hanya sebuah langkah, saat Riku terus memikirkan trik berikutnya, dia melanjutkan.

“Old Deus utamanya dibagi menjadi [Dewa Perang], [Dewa Hutan] dan lain-lain kan?”

Meskipun hal-hal yang mereka lakukan mirip, dalam perang mereka benar-benar berbeda. Menghadapi keraguan dalam hati Riku, ShuVi menganggukkan kepalanya.

"......Yang pertama adalah Artosh.....Pencipta, Flugel.....Yang terakhir adalah Cainasi...Pencipta, Elf.”

Tapi, Riku tidak mendengarkan ShuVi.

Selama percakapan dan game catur, Riku tiba-tiba memikirkan sesuatu di tengah-tengah memikirkan taktik untuk menang.

Tak peduli berapa kali dia menantang, tak peduli berapa kali taktik terbaik digunakan─̶─dia memiliki perasaan dilampaui.

.....Di masa kecilnya, dia akan selalu melihat orang yang tidak bisa menang tidak peludi apa, seorang remaja yang memiliki senyum memberontak.



“Kubilang─̶─apakah ada Dewa Permainan?”

─̶─dia hanya memikirkan ini sebagai suatu kemungkinan. Dia hanya menyadari betapa tak masuk akal itu setelah mengatakannya, tapi ShuVi serius menjawab kembali.

“....Ada. Tapi....Tidak ada konfirmasi dari [Sumsum Ilahi]......Spekulasi, tidak memenuhi kondisi untuk hidup.”

Aku benar-benar jadi terbiasa memegang percakapan dengan ShuVi di tahun ini eh, Riku berpikir untuk dirinya sendiri saat memberikan senyum yang lebih baik.

Situasi spesifiknya tidak jelas, itulah masalahnya.

Old Deus adalah bentuk konsep. Karena ada konsep untuk permainan, secara alami Dewa Permainan ada.

Tapi [Keberadaan nyata]-nya harus bergantung pada apakah ada [Sumsum Ilahi].

“Sederhananya....Tidak ada satupun untuk saat ini kan─̶─“

Skakmat. Riku berdiri, skornya untuk menambahkan bintang hitam lain.

“Kubilang, aku sudah mengatakan padamu, tak perlu menggunakan jenis nada itu saat hanya ada kita berdua.”

“...Un...Unit pusat untuk memproses suara sambil berpikir, kelihatannya....Menjadi ireversibel....”

“Un, berbicaralah dalam cara dimana bahkan manusia bisa mendengarkan?” “....Sepertinya. tidak dapat kembali, ke aslinya.”

Jawaban yang ambigu, untuk berbicara dengan cara tua, Riku berjalan keluar dari ruangan dengan ShuVi sambil memiliki tampilan kecut.

─̶─sementara berjalan diluar ruangan, koloni memiliki suasana yang berbeda dibandingkan dengan tahun lalu.

Melihat ShuVi yang berada disampingnya, Riku mengakui. Sejak dia datang, ada peningkatan besar dalam jumlah ide-ide.

Dia mengambil inisiatif untuk membantu menghitung dan mendesai bahkan saat tidak ada yang memintanya. Dengan bantuannya, akurasi alat ukur dan item pendeteksi musuh meningkat secara drastis. Kinerja teleskop Coron juga meningkat, efisiensi tumbuh ternah juga telah membuat kemajuan.

Keperluan pergi keluar untuk penyelidikan juga menurun. Ada cukup makanan untuk bahkan memiliki [Cadangan]─̶─sebagai tambahan.

“Yo! Riku. Kulihat kau memiliki waktu santai dengan istrimu di dalam ruangan lagi eh.”

“Bukannya sudah kubilang dia bukanlah istriku dasar botak! Pergilah dan habiskan sisa umurmu dengan teleskopmu sana!”

“ShuVi-chan~ Terima kasih karena selalu bermain dengan anak-anak~” Jelas, jumlah senyum di koloni juga meningkat.

Karena jika mereka tinggal di koloni, manusia bisa hidup tanpa perlu menghadapi ketakutan akan kematian.

Tapi melihat adegan ini, ekspresi Riku mengeluarkan sedikit bayangan.

─̶─Aku tahu. Ini hanyalah kedamaian sementara, ketenangan sebelum badai.

Momen sedikit memiliki [Waktu yang baik], akan memudar seperti debu ketika yang menyebut dirinya Dewa tidak sengaja melangkah ke kepala mereka.

Melupakan kenyataan ini dan tenggelam dalam momen ketenangan bisa dikatakan sebuah berkat.

Tapi akhirnya, kehidupan seperti ini akan menghilang. Itu bisa jadi besok atau mungkin hari ini─̶─atau bahkan mungkin sekarang.

Apakah itu karena orang-orang diberi terlalu banyak harapan? Riku mengerutkan keningnya saat dia memikirkan hal ini.

Namun, apa yang bisa mereka lakukan selain dari melakukan ini?

Pura-pura tidak melihat keputus asaan, percaya tempat ini jadi aman, hidup sampai hari perang berakhir?

Riku menganggap bahwa dia mungkin bisa mencapai hal ini─̶─



“Oi, bos! Berhenti bermain-main dengan selangkangan istrimu, kau harus datang membantu kami memperbaiki kebocoran dari sisi ini!”

“─̶─un~, jika kau ingin ditumbuk katakan saja. Aku dengan hati akan memberikan bahasa [Tinju] tak peduli berapa banyak yang kau inginkan.”

Riku menggulung lengan bajunya dan tersenyum kaku sebelum menuju ke arah suara─̶─meninggalkan ShuVi, ShuVi berdiri terpaku ke tanah dalam keadaan linglung, menunggu tanpa bergerak hinggal Riku kembali.

“─̶─Che~vit~chan~♪"

ShuVi tanpa kata berbalik ketika dia tiba-tiba dipeluk. Coron yang tersenyum berdiri disana.

“Sendiri~ Apa yang kamu lakukan? ~Tidak pergi dengan Riku?” “...Riku, tidak memanggilku....Untuk, ikut...”

“Wahaaaa! ShuVi-chan, lupakan saja tentang orang itu dan menikahlah denganku!? Suami bodoh macam apa yang meninggalkan istri seiiiimuuutt ini benar kan?~, *gosok gosok gosok gosok*─̶─“

“....Riku, tidak....bodoh...”

Melihat ShuVi yang dengan lembut mencemberutkan bibirya, Coron menyipitkan matanya dan bertanya. ”Kubilang ShuVi-chan. Sebagai kakak, ketika aku mengatakan kata-kata semacam itu─̶─“ “....Riku bilang sebelumnya....[Abaikan saja yang menyebut dirinya kakak]....” “Ahahaha~♪...Aku akan memberi anak nakal itu sesuatu nanti~♪, tuh!”

Batuk batuk*, menghentikan topik saat ini, Coron singkat bertanya. “Bagian mana dari Riku yang ShuVi-chan tertarik~?

“....Tertarik?....”

“Un~, aku bertanya bagian apa darinya yang kamu [Suka]~, kamu mengerti~❤"

─̶─tiba-tiba, ShuVi menemukan bahwa dia [Gugup].

Dia tidak tahu kenapa. Pasti efek samping dari meniru perilaku manusia.

Tapi kali ini, berbeda dengan ekspresi Coron yang ceria─̶─ShuVi merasa bahwa dia sedang diselidiki.

Setelah beberapa pemikiran yang cermat. Baginya yag belum selesai menganalisis [Hati].

Jadi tentu dia tidak menganalisis emosi yang dikenal sebagai [Suka], dia juga tidak bisa mendefinisikannya─̶─

“...Aku, tidak tahu...”

Oleh karena itu, ShuVi memutuskan untuk memberikan jawaban jujur. “...Aku tertarik,.....perasaan...dari [Hati]....Riku...”

Ingatan pertemuan pertama ShuVi dengan Riku melintas pikirannya.

Pada saat itu, mata Riku, dan diantara hal-hal yang ada─̶─dan apa yang terjadi, Ex-Machina seharusnya tidak memiliki kekuatan untuk berpikir.

Namun [Gugus menentukan ada kelemahan etis yang berbahaya], ada kekuatan pikiran yang melepas ShuVi dari link─̶─

“...Oh~, un un~♪ Jadi begitu ya~♪”

Tidak tahu apa maksudnya, Coron dengan bahagia [Menetapkan] itu. “Itu~ yang berarti─̶─cinta pada pandangan pertama kan?”
─̶─eh?

“Un un♪ Meskipun wajah Riku gak ganteng-ganteng amat, dia adalah karakter seperti itu pada pandangan pertama─̶─“

Menghadapi ShuVi bermata lebar yang tubuhnya kaku, Coron menganggukkan kepalanya dan mengatakan dengan tersenyum.

“Jika kamu melihat menyeluruh [Nurani] Riku dan jatuh cinta padanya─̶─un, maka aku bisa menyerahkan adikku padamu♪”

"........"

Cinta pada pandangan pertama─̶─konsep perlu dianalisis tingkatan lagi, ini memberi ShuVi perasaan lelah.

Terpesona, suka, cinta. Analisis untuk ketiga dari mereka tidak lengkap, namun ada yang baru [Cinta pada pandangan pertama]─̶─untuk jatuh cinta pada saat pertama, informasi seperti ini. Kecuali, dia tidak akan bisa memahami [Hati] untuk sisa hidupnya─̶─

“─̶─oi, Coron. Hal aneh apa lagi yang kamu ajarkan padanya lagi?” menyelesaikan urusannya, Riku kembali dan berkata pada Coron.

“Oh, kasarnya kamu, adik kecilku. Kamu benar-benargagal!! Kapan aku mengajarkan dia suatu yang meragukan─̶─“

“Mengajarkan dia kalau aku ini pecinta dada besar dan mengisi dua makanan yang berharga ke dadanya....Apakah kau normal?”

“Kasarnya, aku jelas orang normal oh! Ini adalah anak yang akan menjadi adik perempuanku oh? Agar tidak membiarkan dia bosan dalam kehidupan seksualnya aku harus─̶─“

“Kami berangkat. Kebodohan itu menular. Jangan berinteraksi dengannya lagi.” “....Tingkat kepandaian, adalah, sesuatu yang...Menular,....?”

Dihadapkan dengan fakta-fakta baru yang mengejutkan, mata ShuVi melebar. Seakan mendesaknya, Riku menangkap tangan ShuVi.

“Eh? Riku, mau kemana kamu?”

“Ini saatnya untuk mengajarka dia bagaimana cara mengumpulkan makanan. Aku harus mengajarinya metode menggunakan perangkap binatang.”



─̶─Tentu saja itu bohong. Lagian, jika itu adalah Ex-Machina, mengalahkan Demonia tangan dengan kosong akan mudah.

Selain itu, usia ShuVi─̶─jumlah tahun semenjak dia diproduksi, adalah sekitar 210 tahun.

Dia ingin mengandalkan kekuatan mesin ShuVi untuk pergi ke tempat yang dia ingin secara pribadi konfirmasi─̶─ini adalah sesuatu yang dia tidak bisa katakan.

“Aku mungkin akan pulang terlambat, tapi aku tidak akan pergi terlalu jauh.”

─̶─mendengar kata-kata itu, Coron memukul tangan kanannya seperti palu ke tangan kirinya, mengungkapkan senyum penuh arti.

“Ahhh─̶─apakah pemerkosaan hijau?❤ " (TL Note: kayaknya pemerkosaan di luar ruangan deh :v)

“Coron, mengubah otakmu mungkin jadi optimal.”

“Oh, tapi karena langitnya seperti ini, bukankah seharusnya menjadi pemerkosaan merah!? Apapun itu, karena dingin, jangan sampai demam─̶─“

“Diamlah, kau terlalu berisik. Ayo pergi─̶─[ShuVi].”

Riku berbalik dengan tampilan tidak senang......Ternyata Riku tidak menyadarinya. Hanya ShuVi dan Coron yang menyadarinya. Terutama ShuVi─̶─

Ini adalah pertama kalinya Riku memanggilnya menggunakan namanya.

Pikirannya terkubur di bawah kesalahan yang tidak diketahui. ShuVi merasakan suhu tubuhnya meningkat.

Dia melekatkan ingatan ini dengan label [Paling penting] dan hati-hati menyimpannya. Namun, dia tidak tahu alasannya kenapa.

─̶─Part IX END─̶─


Prev | ToC | Next