Tolong matikan adblock dan script blocker Anda untuk melihat halaman ini.

─̶─Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D─̶─


Penerjemah : D.Blank13th


Chapter 2

1x1=Aimless

Part VIII


Riku menjatuhkan batu yang terbakar merah ke kuali berisi air.

Saat itu dijatuhkan, kamar mandi kecil terisi dengan uap mengepul. Uap digunakan untuk mengeluarkan kotoran dalam tubuh, yang kemudian akan dibilas dengan air.

Inilah bagaimana manusia mandi.

Tapi karena ShuVi tidak memiliki kelenjar keringat, Riku harus menghapus debu dan lumpur yang berkumpul di tubuhnya dengan kain yang dicelupkan kedalam air hangat.

Degan pengamatan dekat, kemahiran dan kompleksitas tubuh ShuVi mempesona Riku.

Riku telah mempelajari semua jenis peralatan Dwarf yang memanfaatkan elemental partikel, namun dia tidak bisa memahami bagian-bagian mesin yang ShuVi tunjukkan.

Namun, karena ini─̶─Riku mengerti bahwa ini adalah salah satu bagian yang lebih unggul.

“....Riku.....Maniak, mesin....?”

“Kenapa seseorang sepertimu, yang dari ras kelas tinggi Ex-Machina, tetap memiliki dugaan yang salah...ataukah karena pengetahuanmu semuanya prasangka?”

Suara Riku terdengar terkejut, ShuVi yang tampak membenarkan menjawab.

“.....Pikiran, Imanity.....Terkait dengan [Hati]....Tidak dapat diprediksi.....Titik tertentu.”

..........

Di ruang yang sunyi, hanya ada suara tetesan air. Mungkin dia ingin memecah keheningan canggung, ShuVi tiba-tiba berkata. “....Riku, main...game?”

“Disini, dikamar mandi? Kenapa?”

“............Karena [Bosan]....?”

ShuVi menjawabnya dalam bentuk pertanyaan seolah dia tidak mengerti artinya, mendorong Riku untuk memberikan senyum pahit sebelum menjawab.

“Yah, kukira bisa.....Tapi penggunaan elemental partikel dilarang, papan caturnya─̶─“

Seakan mengetahui bahwa dia akan mengatakan kata-kata itu.

─̶─atau mungkin ShuVi memiliki niat ini dari awal,

Melepas tudungnya, dia mengambil sebuah papan catur yang tersembunyi didalam topi dan menunjukkannya pada Riku.

“...Ha, aku mengerti. Tapi karena aku membantu mencuci rambutmu, tidak ada batas waktu oh.”

Mendesah, Riku tersenyum pahit dan mengambil bidak pion putih─̶─



─̶─..........

“....Guuu.....kubilang, bisakah kau lebih murah hati, aku sibuk mencoba mencuci rambutmu.”

Sementara mencuci rambut ShuVi dengan tangan kirinya, Riku masih harus berpikir hati-hati, menyebabkan dia mendesah.

Bertentangan dengan itu, ShuVi memberi tatapan sambil bergumam. “Ma,af....”

“...Kenapa kau (Maaf).”

Tidak, dia menyadari hal itu. Tapi Riku merasa sedikit membenci diri sendiri, sehingga dia mulai bertindak sebagai orang bodoh─̶─

“.....Setelah itu, penyelidikan rinci dilakukan....”

ShuVi yang tidak mampu memahami selak-beluk [Hati], mengatakan kata-kata yang mencerminkan diri.

“....Tidak masuk akal....Untuk penyerang mempertanyakan [Hati] korban. Tidak bisa, mendapat data yang benar....”

Penyerang dan korban─̶─Riku merasa itu tak terduga untuk kata-kata itu datang langsung dari Ex-Machina.

Pada saat yang sama, dia merasakan jijik yang misterius pada dirinya mendengar bahwa [ Ex-Machina] bisa mengatakan kata-kata semacam itu. Riku lalu berkata dengan cara ala kadarnya.

“Seperti ini...Sebelum ini reaksimu lamban eh.”

“?.....Meskipun, ShuVi....dan Manusia, berbeda......Tapi kamu memiliki [Saraf yang menghubungkan pusat]....”

“Bukan itu artinya....”

Senyum pahit Riku bercampur dengan helaan napas, tapi ShuVi yang masih terlihat sama mengangguk serius.

“....Meski, begitu........ShuVi tidak, mengerti....” “.........”

“...ShuVi, sangat....Ingin memahami, hati Riku....Tidak, bohong...” Tidak─̶─ilusi, Riku sangat mengakui.

ShuVi yang tertekan menundukkan kepalanya dan menyebabkan suara tidak nyaman─̶─Riku hanya dapat menghela napas padanya.

“Jangan pikirkan......Aku hanya sedikit emosional.”

Meskipun itu adalah hal yang aneh, Riku sadar bahwa dia belum mengorganisir emosinya sendiri.

Semua hal yang telah dilakukannya tidaklah baik. Riku yakin tentang hal ini.

Tapi diatas semua ini, kenyataan suram yang tepat didepannya, meminta maaf untuk menyebarkan kehancuran pada manusia?

Itu terlalu tidak masuk akal. Tapi─̶─Riku pikir. Jika tidak ada permintaan maaf, maka tak ada lagi yang lebih tidak masuk akal daripada ini.

─̶─pada kenyataannya, dia sendiri, menjadi abnormal.

Riku yang biasanya akan mampu mengontrol dirinya sendiri, tapi tidak sadar, dia tidak bisa mengendalikan dirinya pada saat itu.

Itu mungkin bukan karena kata-kata ShuVi benar. Jadi kenapa─̶─

Melihat Riku yang berpikir hal seperti itu, ShuVi sontak bertanya.



“....Emosi....tidak....Mampu diperoleh?”

“Ya. Emosi─̶─misalnya, kau memukul karena marah, tapi ini tidak bisa menyelesaikan apapun, kan?”

“Tapi, Riku, Ingin...Memukul ShuVi...”

“......Itu hanyalah kiasan. Tidak, siapa tahu─̶─sejujurnya aku tidak begitu yakin tentang itu.”

Percakapannya sekali lagi terganggu. Suara air yang menetes dan panas menumpulkan pikiran Riku.......

Memecah keheningan yang berlanjut sesaat adalah ShuVi. “...Riku, kenapa.....Menutup [Hati]-mu....Hmm?”

“Kau...Apa kau sadar? MASALAH KECIL INI BERKAITAN DENGAN HATI ORANG─̶─“

Dia berteriak pada ShuVi─̶─ShuVi menggunakan mata merah yang seperti kacanya untuk menatap balik, Riku segera berhenti berteriak.

Ex-Machina yang tidak memiliki [Hati]─̶─Tidak peduli apakah dia memiliki [Hati] atau tidak─̶─tapi dia pasti tidak bermaksud jahat.

.....Orang ini benar-benar ingin memahami apa arti sesungguhnya [Hati] eh, Riku menegaskan hal itu di dalam hatinya.

Dibandingkan dengan rasional, kalkulatif, kejam─̶─Riku, dia berbeda.

Dia hanya mengambil [Riku Asli yang memiliki hati]─̶─sebagai objek yang berhaga untuk pengamatan.

─̶─*kacha*

─̶─merasa bahwa [Kunci] nya telah diambil, Riku mendesah. “....Dengan tidak melakukan ini, tidak mungkin untuk bertahan hidup di dunia seperti ini...”

Menutup matanya, pemandangan diluar gua muncul dimatanya.

─̶─langit merah membakar, lahan hijau yang tertutupi abu hitam, pemandangan yang berlanjut bahkan melampaui cakrawala.

Tanpa topeng, berjalan di luar dunia sekarat ini akan mengakibatkan kematian.

─̶─atau mungkin dunia ini sudah mati. “....Itu, karena, ShuVi dan ras lain....?”

“....Aku tidak tahu...”

Faktanya, Riku jadi tak mengerti tentang itu, tidak, dari awal─̶─

“Tak peduli siapa yang benar dan siapa yang salah.....Masalah yang sebenarnya adalah, Imanity harus menutup [Hati] mereka demi melanjutkan hidup, atau mungkin membenci diri sendiri adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup di dunia ni─̶─ini terlalu tidak masuk akal.”

“....Tidak masuk akal......Tidak masuk akal. Apa yang, tidak masuk akal....?”

─̶──̶──̶─apa?

Menghadapi kata-kata bisikan ShuVi, Riku tidak bisa menahan ingin menertawakannya, tapi.

Ahhhh, memang─̶─Riku membenarkan pikirannya sendiri. Logikanya, dengan pengamatan rasional─̶─tidak ada yang tidak masuk akal tentang itu.

Itu hanya─̶─

“Yang kuat selamat, yang lemah mati. Tidak ada arti, tidak ada alasan. Inilah bagaimana

Dunia dibangun...Merasa bahwa itu [Tidak masuk akal] mungkin adalah [Hati]....Meskipun, aku tidak begitu yakin.”

Sementara mencuci rambut ShuVi, hati Riku menahan pemikiran menyerah. ShuVi perlahan mengatakan. “....Tidak ingin....Riku, tersakiti...Apa, yang harus dilakukan....?”

─̶─?

Tiba-tiba, merasa bahwa ada rasa pelanggaran dengan apa yang dia kataka, Riku bertanya.

“Kenapa kau harus peduli tentangku? Jika kau hanya ingin memahami [Hati], seperti kemarin, tidak ragu-ragu─̶─“

“....Aku, minta....Maaf.....”

“Ah~ Aku benar-benar tidak ingin mengulangi ha-hal lama. Tapi apa yang aku katakan tidaklah salah. Simpan alasanku ke tagihanmu─̶─“

Tidak ada. Apakah tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain adalah alasan?

Jadi tidak perlu khawatir tentang Riku, jika tidak, mungkin mengejar hal itu bisa memancing keluar [Kata-kata jujurnya]─̶─



"...............Aku, tidak tahu.”

Riku mengerutkan kening mendengar jawaban tidak jelas dari gadis Ex-Machina untuk pertama kalinya.

“...Aku, tidak tahu. Tapi, luka Riku....Ingin hindari...”

“Oh~ memungkinkan pihak lain untuk tetap sama, jika tidak kau tidak akan dapat memperoleh data yang akurat, begitu?”

Riku setengah bercanda mengatakannya, dengan nada sepenuhnya logis dan seperti bisnis─̶─tapi.

".......Salah.....Perasaan......Ada, alasan tak dikenal....Tapi...”

Tanpa sadar, ShuVi terlihat murung dan mengatakannya dengan suara gemetar.

─̶─

Dia yakin ada rasa yang melanggar. Spekulasi saat Riku pertama bertemu ShuVi─̶─memang benar.

Gadis Ex-Machina ini─̶─ShuVi—rusak. Dia tidak normal.

Proklamasi sebelumnya, dia bilang [Terluka] tanpa sadar akan hal itu, ini jelas.

─̶─Mesin? Orang memproklamasikan diri yang tidak bisa menganalisis [Hati] bisa terluka?

“Hey, awalnya, dari link gugus....kau ditinggalkan, kan?” "....Un.”’

Dia bahkan mengatakan alasan dan rincian dibalik mengapa dia ditinggalkan. Sebuah paradoks referensial diri, teori gagal yang menyebabkan kesalahan dan sebagainya.

Apakah dia benar-benar dirinya? Jika dia tidak memiliki kekaburan tentang [Hati] yang dimiliki manusia, itu adalah pertanyaan yang sangat sulit dihindari.

Dia ditinggalkan─̶─itu alami untuk hal itu terjadi. Tapi─̶─

“Dalam rangka untuk kembai ke gugus, kau ingin menganalisis [Hati] tidak peduli apa. Tapi itu tidak terkait degan merugikanku benar─̶─“

“?.....Tidak, tidak mau, untuk kembali...oh?”

─̶─un?

“Ah, jika tidak, maka kau, mendengar perintah untuk menganalisis [Hati] dong?” “?....Ini adalah, ketertarikan.....Penilaian sendiri....”

“Apa yang menarik─̶─kau, perasaanmu, kecuali kau mengatakan bahwa itu bukan [Hati]?”

Riku yang berjuang untuk memahami apa maksud yang dia katakan─̶─tiba-tiba, ShuVi membeku.

".........?...................?......Au tidak tahu.”

“Ah? Apa?”

“.....Aku, tidak tahu...Riku, positif. Tapi, ShuVi, tidak bisa, merasakan, faktor penting...Kenapa?” “Eh, kau menanyakannya padaku?”

Ditanya begitu serius, ekspresi Riku berkedut, ShuVi melanjutkan─̶─ “....Menunggu jawaban, contoh─̶─“

“...Apapun tak apa, Riku tak apa jika dia adalah Riku, tidak ada ketertarikan, tidak ada artinya, tak ada hubungan, menolak untuk melakukan sinkronisasi, memprioritaska menganalisis, bukan mengabalisis tapi memahami

─̶──̶─<Kesalahan><Kontradiksi><Salah><Kesalahan><Kontradiksi>─̶─“ “Oi, oi. OI OI OI! ADA ASAP BERASAL DARI KEPALAMU, OI!?”

Melihat ShuVi yang tertegun menguraikan asap keluar, Riku tidak bisa menahan kepanikannya..

─̶─tapi itu hanya untuk beberapa detik. Memeriksa area sekitar, ShuVi akhirnya melihat Riku dan mengangguk.

“Kesimpulan. sepertinya......Tidak ingin kembali.” “Kau benar-benar ambigu.”

“...Dasar...Tidak bisa yakin....Tapi ini mungkin benar.” “Benar-benae ambigu.”

Menghadap Riku yang memiliki senyum pahit karena topik berbeda yang jadi aneh dan lebih aneh, ShuVi tiba-tiba.

“...Itu, begitu.....Skakmat.”

─̶─ah

“Kau.....Berbicara padaku jadi aku tidak dapat berkonsentrasi eh? Sekali lagi.”

“.....Un.”

Melihat Ex-Machina yang menganggukkan kepalanya, Riku merasakan pelaggaran dan rasa gelisah.

─̶─senyum kecil itu, bisa tiruan atau perhitungan meniru?─̶─ “....Omong-omong.”

Mengesampingkan topik sebelumnya, Riku mengatakan, terlihat lelah.

“Kau....Rambutmu terlalu panjang. Aku tidak bisa menyelesaikan mencuci ini. Sedikit lagi dan aku akan pingsan dari panas ini.”

“....Bila, tak apa...Potong pendek rambutnya...?”

“Tidak, tidak perlu memotong pendek......Kau benar-benar sulit dipahami bukan....” Bergumam, Riku mengatakan pada dirinya sendiri─̶─Aku mengerti.

Orang ini adalah Ex-Machina, sesuatu yang bisa tidak sengaja membunuh manusia. Mirip dengan ras lain, menginjak-injak Imanity terlalu banyak.

Kewaspadaan di sekelilingnya tidak bisa melambat, rasionalitasnya berteriak. Tapi─̶─kenapa.

Seorang gadis yang terus-menerus khawatir tentang panjang rambutnya, Riku tidak melihat logika itu dari ini.

Riku tidak bisa menahan tawa lembutnya.

─̶─Part VIII END─̶─


Prev | ToC | Next