Tolong matikan adblock dan script blocker Anda untuk melihat halaman ini.

─̶─Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D─̶─


Penerjemah : D.Blank13th


Chapter 3

1+1=Deathless

Part II


“...Riku, sesuai dugaan... ShuVi... tidak mengerti... [hati]...”

Pertemuannya berakhir, dan di pintu masuk markas sambil bermain game kartu dengan Riku, ShuVi menumpahka kata-kata itu.

ShuVi melihat─̶─Tiap orang di tempat itu, menyentuh [hati] Riku, dan menggaung dengannya.

Semua orang selain satu─̶─kecuali dirinya sendiri, ShuVi terlihat murung.

Hanya dia, tidak dapat memahami itu─̶─itu sangat menyedihkan, dia melanjutkan.

“...Rencana... Riku, dan yang lainnya... masing-masing dari mereka... memiliki kurang dari... 1%... kesempatan berhasil...”

Apalagi, kemungkinan setiap satu dari mereka berhasil─̶─berpikir secara logis nol akan menjadi tepat─̶─

“Hm~ hey, ShuVi.”

Seolah memotong pikiran ShuVi, Riku berkata.

“Hal yang baru saja kau katakan, kemungkinan ya kan? Apakah baik-baik saja dengan ini?”

Riku tidak memiliki pengetahuan matematik Ex-Machina. Dia bertanya─̶─menilai sendiri dari tindakan ShuVi.

“Jika kau melempar dadu kemungkinan dari enam yang keluar adalah satu dari enam. Jika kau melakukan itu dua kali berturut-turut kemugkinan itu keluar akan menjadi satu dari tiga puluh enam─̶─aku tidak tahu tentang persentase, tapi perhitungannya kurang lebih seperti ini, benar kan?”

"......Itu, benar......itu sebabnya─̶─“

ShuVi bisa menegaskan bahwa dia tidak pernah meremehkan Riku. Tapi dia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya tentang bagaimana mudahnya Riku tentang logika Ex-Machina, dan itu sebabnya, dia mencoba berbicara tentang kesempatan menang itu─̶─

“Maka aku akan memberitahumu sesuatu yang bagus. Perhitungan itu─̶─keliru.”

─̶─dan kemudian, dia membeku.

“Jika kau melempar sebuah dadu kemungkinan dari enam yang keluar adalah satu dari enam. Tapi dalam game ini perhitungan itu salah.”

Itu karena, Riku mengatakan sambil memotong dek dan tersenyum pahit.

“Jika enam yang keluar kau menang, selain dari itu semua yang lain berarti kekalahan. Dengan kata lain─̶─ itu adalah “satu dari dua”.”

─̶─Tidak logis. Tapi kemungkinannya tergantung pada sudut pandang dan kondisi perhitungan yang dibuat, dan itu merupakan faktor yang penting.

Semua atau tidak sama sekali─̶─jika kau menghitung dari sudut pandang Riku, logika itu bisa dinaikkan tanpa kontradiksi.

"........."

Seorang manusia membuat Ex-Machina, terlebih seorang [Proofer], membantah─̶─apalagi, emosional.

Untuk ShuVi yang pikirannya membeku karena begitu banyak kejutan, Riku melanjutkan.

“Dan lalu kesalahan kedua. Jika kau melempar sebuah dadu dan enam keluar pertama kali─̶─maka “jika kau melemparnya sepuluh ribu kali berturut-turut maka itu juga bisa keluar berturut-turut”... itulah kenapa perhitungan tersebut benar-benar, keliru.”

"......Salah...variabilitas, jika dirangkai... sebaliknya, jika dilempar sepuluh ribu kali, kesalahan distribusi, konvergens...”

Kemungkinan enam keluar saat kau melempar dadu, tidak terbatas pada satu dari enam. Ada banyak variabilitas.

Tapi jika kau meningkatkan jumlah usaha, kemungkinan akan berkumpul dan perhitungan bukannya akan mudah. Dengan kata lain itu akan menjadi seperti hasil yang direncanakan─̶─

ShuVi mencoba untuk membantah seperti itu, tapi Riku tertawa dan tersenyum.

“Merangkai segalanya? Bahkan apa yang kau tidak bisa tahu, dan apa yang kau tidak bisa bayangkan jug? Lalu misalnya─̶─“

─̶─Itu benar, misalnya, Riku mengatakan-

“Sesuatu, “yang seharusnya tidak ada” (kita), diam-diam mengubahnya menjadi dadu yang tidak akan memberi apa-apa selaun enam, atau sesuatu seperti itu?”

─̶──̶─Kau tidak bisa merangkainya. Setidaknya, tidak dalam “upaya pertama”.

Tapi jika kau melanjutkannya kau akan menyadari ketidakteraturan, alasan untuk kesalahan akan ditemukan─̶─setelah berpikir sejauh ini ShuVi membeku.

Akhirnya─̶─didalam ShuVi, kata-kata Riku, maksud dari rencana berhasil masuk.

Arti sebenarnya dari, tidak ada yang harus dirasakan, harus tidak diperhatikan─̶─dan [Rencana]-nya.

“...Kecerdasan memanipulasi, situasi pertempuran...tanpa, menarik perhatian─̶─dalam jangkauan, “kesalahan”....”

Sudah tidak mungkin untuk diprediksi─̶─akan melawan “variabilitas yang diharapkan”.

Riku mengangguk pada kesimpulan ShuVi─̶─matematika tu, perhitungan lagi tentang ini akan jadi terlalu merepotkan.

“Inilah yang disebut kecurangan, menarik kan?”

─̶─meski begitu, ShuVi masih tidak mengerti. Kau tidak bisa berbicara tentang [game] ini dengan menggunakan Teori Kemungkinan.

Dia mampu memahami itu. Tapi, meski begitu, mengapa─̶─

“...Mengapa, kamu bisa mengubah...kemungkinan...terendah...menjadi, nilai yang kamu, harapkan?” Setelah ShuVi melihat lurus Riku dan bertanya─̶─Mari kita lihat, Riku mulai berpikir.
Dia bisa menjawab apapun yang dia inginkan─̶─Jika kau tidak percaya kau tidak bisa melakukannya, atau sesuatu seperti itu?

Dengan percaya, dengan memiliki harapan tidak perlu dasar, atau sesuatu seperti itu?

─̶─Tapi Riku berpikir, bahwa jawaban yang ShuVi inginkan pasti bukanlah jawaban seperti itu.

Sambil melihat keluar pintu masuk─̶─ke dunia yang menjadi bintang kematian─̶─Riku menjawab.

“ShuVi, apa persentase─̶─[hasil] yang keluar dari manusia selamat di dunia ini?”

".........Aku, mengerti.”

Setelah Riku mengatakan itu dengan senyum kecut menyerampak, ShuVi menyadarinya. Teori Kemungkinan, hanyalah statistik.

Sebelum hasil dari [keajaiban], setiap perhitungan sama sekali diberhentikan. Maka secara paradoks itu adalah─̶─

“...Jika kau membuat sebuah...”keajaiban” terjadi...sesuatu seperti, Teori Kemungkinan, menjadi...terlalu mengada-ada.”

Riku tertawa, dan mengangguk pada jawaban ShuVi.

“Mengatakannya dengan gayamu, kita pergi sebagai “perhitungan singularitas”. Apapu prediksi, strategi, perhitungan...hanya dengan sedikit manipulasi, kita mengacaukan segalanya, dan membuatnya menyatu ke arah yang kita inginkan.”

Rku berpikir setelah mengatakan itu. Mustahil untuk memprediksi segalaya, kata-kata itu berbalik padanya.

Mengetahui bahwa─̶─Jika itu benar-benar mungkin, tidak akankah hal itu menjadi [Kerjaan Tuha].

Kemudian, Riku memperdalam senyumnya.

“Bukankah ini menarik? Pekerjaan dari orang-orang dengan wajah puas menunggu jawaban dari atas langit, terpaksa menderita kejatuhan oleh manipulasi manusia belaka. Jika semuanya berjalan dengan baik─̶─tidakkah kau pikir itu akan menjadi ironi terbesar?”

Terhadap Riku yang secara polos mengatakan itu─̶─terhadap mata kristal hitam yang jelasnya... ShuVi akhirnya merngerti.

─̶─[Ini] dia. Identitas sebenarnya─̶─dari apa yang dilihatnya pertama kali dia bertemu Riku. Jika itu sekarang, maka ShuVi bisa menegaskan. Inilah [Asal Hati]─̶─[Jiwa]. Itulah apa yag dia (Ex-Machina) secara tidak logis pegang“ketertarikan”, dan akhirnya “dirindukan”.
Ini seperti itu karena ini perlu untuk menjadi seperti itu─̶─Sesuatu yang dirinya (Ex-Machina) yang hanya sebuah [Responder] tidak miliki.

Itu karena dia ingin menjadi seperti itu dia berharap, menantang, berjuang, membidik untuk─̶─[Ideal]─̶─

“Nah, lagipula... dasarnya, lagian Teori Kemungkinan adalah, hanya meja spekulasi kau tahu?”

Tentu dia dipaksa untuk membantah. Tapi bahkan mengatakan bahwa itu adalah spekulasi, ShuVi merasa bermasalah.

“Kalau begitu mari kita buktikan─̶─<Pertanyaan>Apa kemungkinan aku melamar ShuVi disini dan sekarang?”

Sementara tidak dapat meraup maksud dari pertanyaannya, ShuVi memberi tahu nilai numerik yang mendekati.

".........? Tujuan dari pertanyaan, tidak jelas... kira-kira... mendekati nol.” “Lihat, itu salah─̶─Menikahlah denganku, ShuVi.”
Pada ShuVi yang membeku, Riku menyerahkan sebuah cincin kecil, dan berkata.

“Dalam Teori Kemungkinan tidak ada nol─̶─Kemungkinan menjadi pemenang dalam [game] ini, tidak ada yang bisa menyangkalnya, bukankah itu benar?”

ShuVi mendongak dengan mata membulat, pada Riku yang memberikan cincin kecil, dan menjawab.

“...Tidak dapat, mengerti... Aku, menolak.”

─̶─Part II END─̶─


Prev | ToC | Next