Tolong matikan adblock dan script blocker Anda untuk melihat halaman ini.

──Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D──


Penerjemah : D.Blank13th


Act 5

Ibu Kota


Enam bulan telah berlalu semenjak aku dipanggil ke dunia ini.

“Permisi.”

Aku mengetuk pintu kantor direktur dan menunggu jawaban sebelum masuk.

Aku meletakkan tea set, sandwich dan manisan di keranjang saji.

Direktur dan Kapten sedang duduk di lounge suite sofa, menungguku.

“Ini terlihat enak.”

Direktur dan Kapten tertawa bahagia saat melihat makanan yang ada di atas meja.

Hari ini adalah hari liburku tapi ketika aku dengar kalau Kapten ada urusan dengan Direktur dan datang ke Lembaga Penelitian Tanaman Herbal, aku memutuskan untuk menyiapkan beberapa makanan manis.

Penggambarannya adalah afternoon tea.

Lembaga penelitian tidak memiliki nampan berjenjang jadi makanannya disajikan pada piring biasa. Namun saat ada pesta teh di istana kerajaan, nampaknya manisan disematkan di mangkuk.

Sumber informasi ini adalah Liz.

Aku menuangkan teh ke cangkir dan meletakkannya di depan Direktur dan Kapten. Terakhir, aku memegang cangkir teh yang kusiapkan untukku sendiri dan duduk di samping Direktur.

Aku merasa kalau Kapten sedikit menurunkan alisnya tapi aku mengabaikannya.

Duduk di samping Kapten itu terlalu menegangkan, yap.

“Maaf ya, meskipun hari ini adalah hari liburmu.”

“Tidak, bukan masalah, saya melakukannya karena saya menginginkannya.”

Kapten meminta maaf tapi aku berharap dia tidak terlalu memikirkannya.

Meskipun hari ini hari liburku, aku melakukan hal yang sama dengan yang biasa kulakukan.

Selain itu Kapten membawa beberapa manisan bersamanya hari ini, jadi aku senang bisa mengadakan pesta teh seperti ini.

Meski begitu manisan ini sangat indah dan berwarna-warni.

Kupikir manisan ini terbuat dari buah-buahan.

Karena tertutup gula, rasanya sangat manis. Tapi sejak datang kesini, aku baru saja memakan manisan, jadi aku akan menantikannya.

Direktur dan Kapten sudah menyelesaikan urusan mereka jadi sekarang kami bertiga sedang membicarakan berbagai hal.

“Tapi kamu bekerja dengan sangat baik.”

“Benarkah?”

“Bahkan pada hari liburmu, kamu tidak pernah keluar. Kamu selalu melakukan sesuatu di lembaga penelitian, bukan?”

“Karena saya tinggal disini. Saya juga ingin mengerjakan pekerjaan rumah di hari libur saya.”

Tidak ada bedanya dengan saat mengerjakan pekerjaan rumah di hari liburku di Jepang.

Ada banyak hal yang harus kulakukan pada hari liburku seperti mencuci pakaian dan merapikan kamarku.

Meski begitu aku menyelesaikan semuanya pagi-pagi.

Mencuci pakaian yang paling memakan waktu biasanya dilakukan oleh pembantu.

Sebagian besar peneliti yang tinggal di sini adalah bangsawan dan tampaknya ada banyak orang yang tidak tahu bagaimana mencuci pakaian mereka sendiri.

Jadi pembantu dipekerjakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian dan bersih-bersih.

Aku tidak suka bila orang lain masuk ke kamarku saat aku tidak di sana jadi aku membersihkannya sendiri.

Kebanyakan orang tampaknya membuat orang lain bersih-bersih untuk mereka.

Nah, jika mereka tidak melakukannya maka akan seperti Syvash, pastinya.
(TL Note: Dia mengatakan itu akan jadi sangat kotor. Syvash juga dikenal sebagai Lautan Busuk.)

“Selain pekerjaan rumah, kamu juga meneliti atau pergi ke perpustakaan, kan? Bukannya itu sama seperti bekerja?”

“Tapi saya tidak bekerja sebanyak yang saya lakukan di Jepang.”

Baik Direktur dan Kapten memiliki posisi yang baik di istana kerajaan, jadi mereka tahu kalau aku dipanggil oleh 【Upacara Pemanggilan Saint】.

Mereka mungkin khawatir tentang diriku jadi mereka tidak banyak bertanya tentang Jepang tapi aku berbicara tentang hal itu dari waktu ke waktu.

Oleh karena itu mereka tahu bahwa negara asalku disebut 【Jepang】.

“Sebelumnya saya bekerja setiap hari dari bel pagi ke-3 sampai bel tengah malam.”

“Hah?”

Direktur menaikka suara yang langka dalan kebingungan dan matanya terbuka.

Kapten tidak mengatakan apa-apa tapi dia berhenti menggerakkan cangkir teh yang dipegangnya ke mulutnya dan menatapku dengan mata terbelalak.

Itu tak terelakkan.

Tiga lonceng di pagi hari adalah jam 9 pagi dan bel tengah malam adalah bel yang menunjukkan sudah tengah malam.

Jika aku menambahkan waktu untuk bersiap-siap dan pergi, aku bangun jam enam setiap pagi dan tidur jam 2 pagi.

Meskipun aku memiliki dua hari libur di akhir pekan, aku pergi bekerja setiap hari sabtu......

Aku ingin melakukan pekerjaan rumah pada hari minggu tapi karena aku memiliki masalah kesehatan fisik, yang kulakukan cuma istirahat.

Orang-orang di dunia ini pada dasarnya hidup saat matahari terbit dan terbenam. Menurutku itu bervariasi antar pekerjaan tapi jam kerja lembaga penelitian juga didasarkan pada hal itu.

Sejak datang ke sini aku bekerja dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore setiap hari.

Apalagi orang-orang dari lembaga penelitian dan Ordo Ksatria ke-3 kadang bersantai minum teh.

Tidak ada yang marah saat mereka minum teh.

Orang lain mungkin berbeda tapi aku merasa kalau gaya hidupku di sini jauh lebih longgar daripada saat aku masih di Jepang.

Jika kau melihat dasar-dasar gaya hidupku yang longgar maka tidak peduli bagaimana kau melihatnya, sebelumnya aku terlalu banyak bekerja.

“Itu...... Apakah kamu menghadiri pesta malam di tempat kerja......?”

“Tidak. Saya orang biasa.”

Ya, seperti Direktur dan Kapten, ada juga pekerjaan dimana para bangsawan menghadiri pesta malam.

Pesta-pesta itu mungkin juga diadakan di Jepang tapi aku tidak dapat menghadiri pertemuan selebriti tersebut.

“Orang biasa seperti itu sama sibuknya dengan Perdana Menteri kita.”

“Semua orang di sekitar saya seperti itu?”

“Pejabat sipil seperti itu.”

“Apakah begitu?”

“Ah~, itu benar.”

Bahkan disini, pejabat sipil yang bekerja di istana kerajaan nampaknya sangat sibuk.

“Huh, ada apa?”

“Tidak, kamu jadi lebih cantik dibandingkan saat kamu tiba disini.”

“Hah? Apa yang anda katakan tiba-tiba?”

“Saat pertama kali kamu datang kesini, kupikir kamu terlihat seperti orang-orang dari Urusan Dalam Negeri saat mereka sibuk.”

Direktur meletakkan tangannya di pipiku sambil berkata, “Kantung matamu benar-benar lenyap”, dan membelaikan ibu jarinya di bawah mataku.



Tak seorangpun selain keluargaku yang pernah menyentuhku seperti ini dan jantungku berdebar kencang di dadaku.

Mungkin, wajahku juga memerah.

Dan Direktur menghibur dirinya dengan reaksiku.

Ekspresi wajah Direktur tidak berubah saat dia menatapku tapi matanya bercampur dengan kegemberiaan, jadi aku yakin itu.

Dia tampaknya telah sadar kalau aku tidak terbiasa dengan skin-ship seperti ini, jadi dia sering menjahiliku seperti ini akhir-akhir ini.

Ah~, cukup.

Aku ingin kabur dari tangan Direktur tapi sulit untuk bergerak dari sofa yang kududuki, jadi aku tidak bisa menjauhkan diri.

Sementara aku memaki-maki di dalam pikiranku, aku mendengar seseorang berdeham di depanku.

Ketika aku melirik, Kapten melotot pada Direktur dengan tak senang.

Direktur juga menyadari dia berdeham dan melotot padanya, jadi dia melepaskan tangannya dari wajahku.

“Apa?! Apa kau juga ingin menyentuhnya, Al?”

“Tidak!”

Sepertinya target Direktur telah berubah menjadi Kapten.

Pokoknya aku meminum tehku dan mendesah lega.


◊♦◊♦◊♦◊


Panas.

Sekarang adalah puncak musim panas.

Tempat ini adalah daratan utama jadi tidak lembab seperti Jepang.

Tapi, cuaca panas tetaplah panas.

Apalagi tidak ada angin hari ini.

Jika diperbolehkan, aku ingin memakai celana pendek dan kamisol.

Tentu saja dengan bertelanjang kaki.

Jika aku seperti itu di sini, orang-orang di lembaga penelitian akan mimisan dan pingsan.

Meski musim panas, aku mengenakan kemeja lengan panjang dan rok sepanjang pergelangan kaki.

Kamisol dan celana pendek memiliki kain kurang dari pakaian dalam biasa di sini.

Tetap saja, kalau terus begini aku mungkin akan pingsan karena heat stroke. Meski lengan bajuku kulipat, masih saja panas.

Aku sedang menulis dokumen untuk diserahkan ke Direktur tapi kuasku berhenti bergerak untuk sementara waktu karena cuaca panas.

Mari menyerah menahan panas ini.

“Hey, Jude.”

“Apa?”

Aku pindah ke tempat Jude duduk dan dia juga sepertinya terganggu oleh panas. Ada bukaan di lengan bajunya.

Apa itu, itu tidak adil.

Aku juga ingin membuka lengan bajuku.

Kalau begini, ayo buat dia bekerja.

“Aku ingin meminta bantuanmu. Bisa ikut denganku?”

“Oke.”

Kataku dan membawa Jude ke dapur

Si koki tidak ada saat kami memasuki dapur karena siang sudah lewat.

Sambil melihat sekelilingku aku menemukan ember yang digunakan untuk membersihkan rak di dekat dinding.

Aku mengambil ember itu, meletakannya di lantai dan berbalik menghadap Jude, yang berdiri di belakangku.

Jude bisa menggunakan sihir atribut air.

Aku punya perasaan kalau dia mengatakan bahwa dengan sihirnya  dia bisa mengisi bak penuh dengan air.

“Bisa kamu isi ember ini dengan air dingin?”

“Bisa sih. Tapi apa yang mau kamu lakukan?”

“Kupikir akan menyegarkan kalau aku mengisi ember ini dengan air dan memasukkan kakiku.”

“Tunggu, itu......”

Di dunia ini tampaknya tidak baik bagi wanita untuk menunjukkan kaki telanjang mereka kepada lawan jenis.

Ketika aku pergi ke perpustakaan baru-baru ini terasa panas, jadi aku mengipasi diri dengan rok ku dan Liz marah saat dia melihatnya.

Meski Liz itu wanita sepertiku.

Ketika aku mengatakan itu dia menjawab, “Bagaimana kalau ada yang melihatmu?” Dia tersenyum manis saat dia sedang marah.

Itu menakutkan.

Karena ada etika seperti itu di sini, Jude ragu dan wajahnya memerah padam.

“Kalau Jude juga punya ember, kamu bisa merendam kakimu. Rasanya seger, tau?”

Aku mengajukan hal yang sama kepada Jude yang enggan.

Ini adalah bisikan setan.

“Kamu tak perlu terlalu khawatir. Tidak ada yang datang ke dapur saat ini dan bukan berarti aku akan merendam kakiku terlalu lama. Kumohon!”

“...... Baiklah...... Kalau kamu memaksa. Hati-hati jangan sampai ketahuan.”

“Makasih!”

Meski Jude enggan dia tetap mengisi ember itu dengan air dan meninggalkan dapur.

Dengan cuek dia membawa ember yang berbeda dengannya saat dia pergi, sepertinya dia akan melakukan hal yang sama di tempat yang berbeda.

Walaupun dia mengatakan itu, semua orang sama dalam cuaca panas.

Lantai dapur adalah tanah jadi meskipun airnya tumpah, tidak masalah.

Aku meletakkan ember di depan kursi dan duduk di kursi.

Aku mengangkat rok ku sampai ke lutut supaya tidak basah.

Aku melepas sepatuku dan kaus kakiku dan memasukkan kakiku ke dalam ember. Air yang dingin dan menyejukan menutupi kakiku.

Ah~, sudah kuduga rasanya enak.

Lagipula, tidak ada orang disini jadi aku membuka dua kancing bajuku, membukanya dan mengipasi diri.

Tidak ada angin tapi tetap sejuk saat aku mengipasi diri.

Aku menghabiskan beberapa saat melakukan hal ini dan pada saat air di ember menjadi hangat.

Pegangan pintu berputar dengan suara denting dan pintu di belakangku terbuka.

“Sei, ini......”

Aku mendengar suara dan berbalik. Kapten ada di sana.

Dia melihat ke arahku, berhenti di tengah kalimatnya dan membeku.

Ah~ yap.

Penampilanku terlalu merangsang, bukan?

Ini sangat canggung.

Untuk saat ini aku mengencangkan kancingku, menarik kakiku keluar dari ember, memakai sepatuku dan berdiri.

“Halo Hawk-sama. Ada yang bisa saya bantu?”

Dan seolah tidak ada yang terjadi, aku memanggil Kapten.

Kapten, yang membeku, menutup mulutnya dengan telapak tangannya dan mengalihkan pandangannya.

Seperti biasa, dia tersipu.

“Maaf.” Katanya dengan suara kecil.

Kumohon jangan malu.

Tolong berpura-pura saja itu tidak terjadi.

Pikirku saat aku berdeham. Kapten mulai berbicara dengan canggung.

“Kudengar kamu besok libur.”

“Kalau dipikir-pikir, ya besok saya libur.”

Ketika dia mengatakan itu, aku ingat besok adalah hari liburku.

Tapi ada apa ya?

Pikirku dan memiringkan kepalaku. Kapten berbalik menghadapku.

“Besok juga hari liburku jadi aku ingin tahu apakah kamu ingin pergi ke kota bersama-sama.”

“Ke kota!?”

Oh! Akhirnya aku bisa pergi ke kota!!!

Aku belum pernah ke kota.

Ketika aku menjawab dengan gembira, Kapten pulih dan tersenyum.

“Johan khawatir karena kamu mengasingkan diri di lembaga penelitian dan bekerja di hari liburmu. Penting juga untuk istirahat sekali-sekali, iya kan?”

“Begitukah?”

Johan adalah Direktur.

Sepertinya Direktur khawatir denganku.

Aku memang tidak tahu tempat lain untuk dikunjungi dan karena aku tinggal di lembaga penelitian, aku juga di sini saat hari liburku jadi aku akhirnya malah bekerja.

Tapi aku menghabiskan pagi hari dengan santai.

“Terima kasih. Ijinkan saya ikut.”

“Kalau begitu, aku akan menjemputmu di sini besok pagi.”

“Apakah tidak apa?”

“Ya, tidak masalah.”

Yay~!

Kota seperti apa ya?

Tentu saja akan seperti pemandangan kota Eropa, bukan?

Aku ingin pergi ke Eropa setidaknya sekali tapi pada akhirnya tidak bisa karena aku dipanggil ke tempat ini.

Meski begitu, ada saat-saat ketika aku senang.......

Aku sangat menantikan pergi ke kota yang benar-benar kulupakan.

Orang yang pergi bersamaku adalah Ksatria Es-sama, yang sama sekali tidak dingin.

Ada jarak yang pendek antara istana kerajaan dan pusat kota jadi kami mengendarai kereta kuda dari gerbang depan.

Itu bukan kereta mewah dari Margrave melainkan kereta biasa, sepertinya Kapten membuat persiapan agar tidak terlihat.

Pakaian yang dikenakan Kapten juga cocok dengan milikku. Itu adalah pakaian yang biasa dipakai oleh orang biasa di sekitar kota.

Kupikir kereta Margrave lebih baik dari yang ini.

Karena, tahulah, kereta biasa itu tidak luas.

Aku berada di dalam kereta sempit ini dengan Kapten, yang memiliki tubuh yang bagus. Hanya kami berdua.

Dekat! Terlalu dekat!

Tepat di sampingku adalah pria tampan yang berkilauan!

Selain itu, kami duduk relatif dekat......

Sebuah perjalanan di tempat yang sempit sambil duduk relatif dekat dengan pria tampan......

Levelku terlalu rendah. Aku tidak bisa melakukannya!

Hentikan! Hidupku sudah nol!

“Lihat! Kalau kamu melihat ke sana, kamu bisa melihat kediaman utama Johan.”

“Eh~.”

Aku berteriak saat Kapten tersenyum dan menunjuk ke arah sisi lain dariku.

Jangan mendekat! Dekat. Terlalu dekat!!!

Aku tidak dapat melihat Kapten jadi aku melihat ke arah yang dia tunjuk dan disana ada tempat tinggal yang megah.

Karena ini adalah ibu kota, harga tanahnya pasti mahal, bukan? Namun rumah Direkutr sangat besar.

Apakah keluarganya kaya?

“Itu sangat besar.”

“Ya. keluarga Johan benar-benar berpengaruh.”

Kupikir itu sebabnya dan memalingkan kepalaku kembali. Kupikir jantungku akan berhenti karena wajah Kapten sangat dekat.

Aku bersyukur dia pindah saat melihat darah mengalir deras ke wajahku. Tapi bagian dalam kereta benar-benar sempit.

Meskipun benar-benar berat di hatiku, kereta terus berjalan dan perlahan sampai di kota.

“Wow~~~!”

Ini luar biasa! Apa ini, imutnya!

Pemandangannya persis seperti Eropa!

Atap-atapnya berwarna merah. Seperti sesuatu yang muncul dari dongeng.

Sementara aku terkesan dengan pemandangan kota, kereta berhenti dan pintu terbuka.

Kapten turun terlebih dahulu dan mengulurkan tangannya padaku.

Aku meraih tangannya dan turun. Melihat sekeliling, sepertinya ini dekat dengan pusat kota. Ada cukup banyak orang.

Sementara aku melihat sekeliling dan terkesan, Kapten berkata, “Pasar ada di sana, haruskah kita pergi dan melihatnya?” dan meraih tanganku.

Eh? Apa dia tidak akan melepaskan tanganku?!

Tunggu!

Tidak~~~~~~~~!


◊♦◊♦◊♦◊


“Wow~~~!” Aku dengan riang berteriak pada pemandangan yang terbendang di hadapanku.

Ada berbagai sayuran beraneka warna, buah-buahan, daging dan ikan yang dijual di pasar. Ada juga toko yang sepertinya khusus berjualan jamur.

Selain bahan-bahan, ada juga toko dan warung yang menjual roti. Aroma yang melayang di tempat itu membuat perutku keroncongan.

Meski ada banyak bahan, tapi masakannya tetap seperti itu. Hal yang belum pernah kulihat sebelumnya juga dijual, ini menarik.

Ada juga berbagai toko roti dan meski hanya ada sedikit, mereka memiliki roti putih.

Roti putihnya kecil dan harganya lebih tinggi dari semua roti lainnya, jadi apakah roti putih diperlakukan sebagai makanan mewah?

Pasar juga disebut dapur ibu kota. Disini semarak dan penuh sesak dengan orang.

Jalan di antara toko-toko cukup besar hingga delapan orang berbaris bisa masuk tapi penuh dengan orang-orang dan sulit untuk dilewati.

Aku berjalan melalui jalanan dan aku tertarik dengan barang-barang menarik di etalase toko jadi aku melihat-lihat mereka.

Sepertinya aku akan bertabrakan dengan orang yang berjalan di depanku.



“Terima kasih.”

Ketika aku tersenyum dan berterimakasih kepada Kapten yang berada di sampingku, dia dengan manis tersenyum padaku.

Bahkan setelah kami sampai di pasar, dia tetap memegangi tanganku saat kami berjalan.

Pasarnya ramai jadi aku bisa tersesat saat melihat-lihat toko.

Nah, aku ingin kabur dari kenyataan dalam berbagai cara.

Aku pikir aku tidak selalai itu tapi jika aku lebih terhuyung-huyung dari yang kurasakan, aku akan menabrak orang yang berjalan di depanku.

Jadi dia dengan santai melepaskan tangannya dan malah membawa bahuku lebih dekat dengannya......

Fufufufufu......

Siksaan macam apa ini?

Aku ingin tahu apakah Tuhan sedang menguji kekuatan hatiku?

Setelah kami menghindari semua orang, apakah dia akan memegangi tanganku lagi?

Ya, aku takut jadi terbiasa dengan ini.

Hal ini terus berlanjut beberapa kali.

Aku mungkin tidak memerah lagi dan wajahku mungkin berkedut tapi aku sudah tumbuh! Aku bisa berterima kasih padanya sambil tersenyum!

Kupikir aku sudah berusaha sangat keras.

Bukankah aku harus berkonsentrasi ke toko-toko?

Kalau aku tidak berkonsentrasi ke toko-toko maka aku akan berkonsentrasi pada hal-hal lain!

“Kamu baik-baik saja?”

“Ah, ya. Saya baik-baik saja.”

“Apa kamu lapar?”

“Iya......”

Masih agak awal untuk makan siang tapi kami berangkat pagi jadi aku sedikit lapar.

Kami berjalan lumayan jauh jadi kakiku juga sedikit lelah.

Kapten tampaknya baik-baik saja tapi sulit untuk orang yang tertutup sepertiku.

Ada warung makanan di pasar tapi Kapten adalah seorang bangsawan jadi aku sedikit khawatir.

Dia tidak akan memakan sesuatu yang dibeli dari warung makanan, bukan?

Apakah dia ingin masuk ke kedai kopi terdekat?

“Saya sedikit lapar.”

“Kalau begitu kenapa kita tidak istirahat dulu dan membeli sesuatu dari warung makanan?”

Huh? Kapten adalah bangsawan, bukan?

Aku senang tapi apakah tidak apa baginya untuk memakan sesuatu dari warung makanan?

Kapten membawaku ke tempat dimana kotak-kotak kayu disimpan di dekat warung makanan.

Kapten bertanya padaku apa yang ingin kumakan dan ketika aku menjawab, dia meninggalkanku untuk pergi membeli makanan.

Bukankah dia agak terbiasa dengan hal ini?

Setelah menunggu beberapa saat, Kapten kembali dengan beberapa tusuk sate dan dua air buah dalam cangkir.

Setelah aku menerima tusuk sate dan air buah satu per satu, Kapten duduk di sampingku.

“Sepertinya anda terbiasa membeli sesuatu dari warung makanan.”

“Karena sebelumnya dulu aku pernah kemari bersama Johan.”

“Begitukah?”

Yang mengejutkanku, Direktur dan Kapten datang ke pasar saat mereka muda.

Bahkan para bangsawan kerajaan ini datang ke pasar?

Ketika aku bertanya secara rinci, dia bilang kalau mereka datang ke pasar berpakaian seperti pedagang kaya muda.

Aku mengerti.

“Ah, benar juga, berapa harga makanannya?”

“Jangan khawatirkan.”

“Eh, tapi...... Terima kasih atas makanannya.”

Aku merasa menyesal pada sesuatu dan suaraku menjadi lebih tenang.

Dia tertawa seolah kesusahan.

Yah, tidak apa kalau aku membalasnya nanti.

Satenya hanya dibumbui dengan garam tapi garamnya enak jadi rasanya lezat.

Satenya lumayan banyak dan aku memakan semuanya.

Aku menyesap air buahnya, bau buahnya lembut.

Aku sedikit haus jadi rasanya juga enak.

Akan lebih enak kalau dingin tapi es adalah barang mewah di sini.

“Ada apa?”

Aku menatap air buah sambil memikirkan itu dan Kapten membuat wajah ragu.

“Tidak, bukan apa-apa.”

“Benarkah? Apakah itu tidak sesuai seleramu......?”

“Tidak. Saya hanya berpikir kalau rasanya akan lebih enak kalau lebih dingin.”

“Fumu.”

Kata Kapten dan mengambil air buah ku.

Aku melihat cangkir sambil memikirkan apa yang sedang terjadi. Air buah yang dipegang Kapten mulai memancarkan udara dingin.

Huh? Apa yang dia lakukan?

Dia menyajikan air buah itu padaku dan aku mengambilnya. Ada es di dalam cangkirnya.

Aku terkejut. Kapten mendorongku untuk meminumnya dengan matanya.

Aku menyesapnya dan sudah kuduga, lebih enak dingin.

Aku tersenyum puas dan Kapten juga tersenyum.

“Ini enak.”

“Begitukah? Syukurlah.”

“Apa yang anda lakukan?”

“Sihir.”

“!!”

Tidak ada kulkas di dunia ini, es hanya bisa disimpan di ruang es musim dingin atau dibuat dengan sihir.

Tidak banyak orang yang bisa menghasilkan es dengan sihir jadi es sangat berharga.

Kudengar es bisa dibuat dengan sihir atribut es, yang lebih unggul dari sihir atribut air, tapi kupikir Kapten tidak bisa menggunakan sihir es.

Aku tidak pernah berpikir kalai aku bisa melihatnya digunakan tepat di depan mataku.

“Ini sangat enak. Terima kasih.”

“Aku senang karena kamu senang.”

Air buah dingin sangatlah enak dan aku dengan cepat meminum semuanya.

Aku selesai meminumnya dan mengucapkan terima kasih pada Kapten, dia tertawa.

Seperti ini, dia tidak terlihat seperti seseorang yang akan disebut Ksatria Es-sama tanpa emosi.

Dia selalu tertawa dan agak berkilauan.

Tidak, berkilau tidak ada hubungannya dengan ini.

Dia tidak mengenakan seragam Ksatria-nya hari ini. Dia memakai pakaian biasa tapi auranya tetap ada jadi dia tidak terlihat seperti orang biasa.

Ketika aku melihatnya pagi ini, kupikir dia terlihat seperti orang biasa tapi karena sekarang aku bercampur dengan orang biasa asli, aku bisa melihat perbedaannya.

Apa karena mereka tumbuh secara berbeda?

Penampilan air buah yang kuminum juga cantik.

Jika dia berpakaian seperti pedagang kaya muda maka dia mungkin bisa menipu orang, tapi jika dia berpakaian seperti orang biasa maka tidak mungkin dia bisa menipu mereka.

Dia melirik saat aku dengan ceroboh menatapnya.

Aku menggelengkan kepalaku dengan panik dan mengatakan bukan apa-apa sebelum mengalihkan pandanganku.

Tolong jangan menatapku dengan mata lembut seperti itu.

Aku benar-benar ingin melarikan diri.

Setelah kami selesai makan, kami meninggalkan pasar dan berjalan di sepanjang jalan sambil melihat-lihat toko.

Kebanyakan barang berkualtas baik yang ada di dalam toko, harganya mahal. Aku agak ragu untuk masuk.

Itu sebabnya aku hanya melihat-lihat toko tapi Kapten berhenti di depan sebuah toko tertentu.

“Maaf tapi bisakah kita masuk kesini sebentar?”

“Saya tidak keberatan.”

Kami hanya melihat hal-hal yang ingin kulihat hari ini jadi aku tidak keberatan.

Orang biasa juga bisa masuk ke toko yang Kapten masuki, tapi itu adalah toko aksesoris yang agak mewah.

Bagian dalam toko dihiasi dengan berbagai aksesoris baik untuk pria maupun wanita.

Kapten masuk ke belakang sendirian dan aku berkeliling dan melihat barang-barang yang dijual.

Ada jepit rambut dan ikat rambut berbaris di dekatku. Ikat rambut yang disimpan di dalam kotak memiliki gradasi sembilan warna yang indah.

Aku begitu sibuk dengan pekerjaan sebelumnya sehingga aku tidak punya waktu untuk memotong rambutku. Bahkan ketika aku dipanggil kesini, aku membiarkan rambutku tumbuh dan sekarang rambutku begitu panjang sampai ke punggungku.

Ini sedikit mahal tapi aku ingin mengikat rambutku di cuaca panas ini. Aku ingin tahu apakah aku harus membeli ikat rambut ini sebelum pulang?

Saat aku melihat-lihat, aku menemukan jepit rambut yang sangat kusukai.

Itu adalah potongan elegan yang terbuat dari logam perak, ada permata biru yang dilapisi beberapa jaring.

Jepit rambutnya terlihat halus dan sangat indah tapi harganya juga sangat mahal jadi aku agak ragu untuk membelinya.

Jika tidak ada permatanya mungkin harganya akan lebih murah. Sementara aku melihat-lihat, Kapten kembali.

“Maaf membuatmu menunggu. Apa ada yang kamu sukai?”

“Tidak, tidak ada.”

Aku menyukai jepit rambut itu tapi itu sedikit di atas anggaranku dan juga buruk untuk membuat Kapten menunggu jadi aku akan menyerah saat ini dan mencarinya lagi lain kali.

“Kalau begitu ayo kita pergi?”

“Ya.”

Aku mengikuti Kapten saat dia meninggalkan toko.

Aku keluar sedikit terlambat dan Kapten memegangi tanganku lagi seperti hal yang wajar untuk dilakukan.

Untuk sekarang, aku dapat dengan perlahan menjelajahi kota jadi aku bersenang-senang. Kami menemukan kereta dan kembali ke istana kerajaan.

Sudah lama sejak aku berjalan-jalan dan aku kelelahan secara mental.

Kereta bergoyang dan sebelum aku menyadarinya, aku tertidur.

Aku bisa mendengar seseorang memanggilku jadi aku perlahan membuka mataku. Kereta telah berhenti.

Aku sedikit melihat Kapten dan tersenyum lembut.

“Kita sudah sampai?”

“Ah. Kamu tampak lelah. Kamu tidur sangat nyenyak.”

Tidak mungkin, apa aku menggunakan Kapten sebagai bantal?

Aku menatap Kapten dan senyumnya makin lebar.

Ah, aku melakukannya, bukan?

Aku menggunakan dia sebagai bantal.

Aku tahu dia melihat wajahku yang tertidur.

Aku merasa tidak bisa lepas dari ini. Aku menunduk sambil tersipu dan kemudian aku mendengar suara tawa.

Wooow, kurasa aku menerima kerusakan terbanyak hari ini.

Aku mengerang dan melirik ke samping. Kapten keluar dari kereta dulu, seperti pagi ini.

Aku tidak bisa tinggal di dalam kereta selamanya dan ketika aku bersiap untuk turun, Kapten mengulurkan tangannya.

Kami berjalan menuju lembaga penelitian dan berbicara tentang pasar dan kesanku terhadap toko-tokonya.

Berbagai hal terjadi tapi hari ini menyenangkan.

Ketika sampai di lembaga penelitian, aku berbalik ke Kapten dan membungkuk.

“Terima kasih telah mengajak saya keluar hari ini.”

“Tidak, ini menyenangkan.”

Dia disebut Ksatria Es-sama tapi hari ini Kapten sedang dalam suasana hati yang sangat baik.

Dia selalu tersenyum.

Tentu saja hari ini juga.

Aku merasa seperti aku sedikit menyeretnya tapi dia tidak pernah mengeluh.

Dia orang yang baik.

“Ini juga menyenangkan untuk saya. Selamat tinggal.”

“Ah Sei, ini.”

Ketika aku mencoba kembali ke kamarku, Kapten menghentikanku dan memberiku sebuah kotak besar.

Apa ini?

Aku tidak tahu apa itu hanya dengan melihatnya jadi untuk saat ini, aku menerimanya dengan kedua tangan.

“Apa ini?”

“Pakailah. Tunggu sampai kamu tiba di kamarmu sebelum membukanya. Sampai jumpa.”

“Eh? Tunggu sebentar. Hawk-sama!”

Dia mengabaikanku saat aku mencoba menghentikannya dan pergi.

Mungkin lebih baik kalau aku mengejarnya tapi aku sudah capek hari ini. Aku tidak punya energi.

Mau bagaimana lagi, aku akan membukanya saat kembali ke kamarku.

Kalau ada yang salah maka aku akan mengembalikannya padanya besok.

Aku menenangkan perasaanku, kembali ke kamarku dan membuka kotak itu.

Didalamnya adalah jepit rambut yang kusukai dari toko itu.


◊♦◊♦◊♦◊


“Kemarin bagaimana?”

Hal pertama yang dikatakan Direktur padaku saat aku memasuki ruangan adalah kata-kata itu.

Dia memasang senyum menggoda di wajahnya yang tampan.

“Menyenangkan sekali.”

Dia terus terang menjawab, “Itu bagus.”

Dia sepertinya ingin menanyakan sesuatu tapi aku mengabaikannya dan meletakkan dokumen dari para peneliti di mejanya,

“Ini adalah laporan dari para peneliti.”

“Makasih.”

Aku dengan cepat membelakangi Direktur dan seperti yang kuduga, dia memanggilku.

“Kamu mau kemana?”

“Apa maksud anda?”

“Jadi kemarin bagaimana?”

Apa maksudnya, “Jadi”?

Aku berbalik menghadap Direktur dan sudah kuduga! Dia memiliki senyum menggoda itu di wajahnya.

Itu bukan sesuatu yang harus kupermasalahkan tapi itu menggangguku, bagaimana bisa dia bersenang –senang dengan ini.

Itu sebabnya aku juga nyengir.

“Memangnya anda ayahku, Direktur?”

“Apa-apaan itu?”

“Nah, anda bertanya kemana saya pergi di hari libur saya. Itu mirip dengan seorang ayah yang mengkhawatirkan putrinya.”

“Hey, hey, aku tidak punya anak perempuan.”

Direktur juga tahu kalau aku menggodanya, kan? Dia tersenyum pahit.

“Saya pergi ke kota. Cuma itu.”

“Hoh.”

“Oh, saya mendengar sesuatu tentang anda, Direktur. Anda dulu sangat nakal, bukan?”

“Tunggu sebentar. Apa yang kamu dengar?”

“Entahlah?”

Aku hanya mendengar apa yang Kapten katakan saat kami makan di warung makanan tapi aku mengatakannya dengan cara yang bisa disalahartikan dengan sengaja.

Karena dia bertanya dengan senyum bergerinyit, nampaknya dia merasa bersalah karena banyak hal.

Beberapa saat yang lalu ini menarik tapi sekarang aku kesal.

“Kami pergi ke pasar, makan di warung dan kemudian melihat-lihat berbagai toko yang berbaris di sepanjang jalan. Kami kembali saat hari sudah gelap.”

“Begitu. Itu benar-benar gagah.”

Gagah?

Aku hanya pergi ke kota, aku tidak tahu apanya yang gagah tentang itu.

Kupikir dan Direktur menjatuhkan sebuah bom.

“Bagaimanapun juga, aku senang kamu bersenang-senang di kencanmu.”

..................

Kencan?

Aku terperangan dengan bom yang dia jatuhkan. Direktur memasang wajah ragu di wajahnya.

“Ada apa?”

“......Kencan?”

“Ya?”

“Saya hanya pergi ke kota.”

“Kamu pergi ke kota bersama Al, hanya berdua. Kalian makan siang dan melihat-lihat toko, iya kan?”

“Ya.”

“Bukannya itu kencan?”

Aku menganga sambil melihat Direktur dan kemudian dia memberikan pukulan terakhir.

“Ketika pria dan wanita pergi bersama, itu disebut kencan.”

Aku ingin dia menunggu sebentar.

Kencan?

Tidak, tidak, apakah kencan memang begitu?

Kalau kupikir lagi. Selain ayahku, aku tidak ingat pernah pergi keluar dengan seorang pria di hari liburku.

Eh? Apa?

Apakah kemarin adalah kencan pertamaku?

Saat aku menyadari itu, wajahku menjadi panas.

“Tidak, saya hanya menemani Hawk-sama ke kota, anda tahu kan?”

“Menemani...... Al mengajakmu pergi keluar dan kalian hanya berduaan, kan?”

“Ya tapi Hawk-sama hanya mengajak saya karena dia punya waktu luang, bukan?”

“Yah meskipun dia sedang luang, dia tidak akan mengajak wanita yang tidak dia sukai.”

“Eh?!”

“Apa itu benar-benar mengejutkan?”

“Karena dia menyukaiku... Dia menyukaiku...”

Kata-kataku perlahan menipis dan aku melihat ke bawah.

Karena itu tidak mungkin kan?

Kapten tidak mungkin menyukai wanita tidak populer sepertiku.

Nah, kurasa aku menyukai pemikiran itu tapi......

Tumpukan pikiran mengalir di benakku saat aku melihat kakiku dan Direktur memanggilku dengan suara pelan, “Sei.”

“Apakah Al dingin padamu?”

“Tidak...... Dia mengantarku dengan benar saat aku turun dari kereta...... Tapi bukankah itu yang dilakukan bangsawan disini?”

“Yah, memang.”

“Sudah saya duga. Dia memegang tangan saya saat kami berjalan dan mentraktir saya makan siang.”

“Ya?”

“Ketika kami kembali dia memberi saya hadiah.”

“Hadiah?”

“Iya.”

Aku mengeluarkan kotak itu dari saku rokku dan memperlihatkannya pada Direktur.

Di dalamnya adalah jepit rambut yang kuterima kemarin.

Ketika aku melihat jepit rambut yang kuterima dari Kapten lagi, permata yang tertanam di dalamnya berbeda dari yang di toko.

Itu berwarna biru muda. Warna abu-abu biru yang sama dengan warna mata Kapten, sekarang aku jadi agak ragu untuk mengembalikannya.

Aku bisa membeli jepit rambut di toko kalau aku menabung karena harganya hanya mahal tapi aku ingin tahu apakah boleh aku menerima sesuatu semahal ini.

Pada akhirnya aku memasukkan kotak itu ke dalam saku rokku, mengkhawatirkan apakah aku harus mengembalikannya atau tidak.

Direktur mengambilnya, membuka kotaknya dan melihat bagian dalamnya sebelum mengembalikan kotak itu padaku.

“Sei, sudah biasa bagi bangsawan untuk mengantar wanita saat mereka turun dari kereta atau saat berjalan.”

“Ya.”

“Tapi Al tidak pernah memberi mereka aksesoris sebagai suvenir.”

Dia sudah berhenti tertawa dengan cara menggoda beberapa saat yang lalu. Direktur mengatakan itu dengan nada serius.

Dari sikapnya aku tahu kalau Kapten tidak hanya dengan santai memberiku jepit rambut ini.

Aku melihat kotak di tanganku lagi dan wajahku memanas.

“Apa benar-benar boleh saya menerima sesuatu yang begitu mahal?”

“Ambil saja kalau kamu tidak keberatan.”

Aku menggerutu dan Direktur diam-diam tersenyum dan mengembalikannya.

Aku tidak mengatakan apapun, aku hanya menggerakkan leherku dan mengangguk.


◊♦◊♦◊♦◊


“Bagaimana kabarmu, Sei?”

Keesokan harinya aku pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang telah kupinjam. Aku bertemu Liz di depan pintu.

Sepertinya dia juga baru saja tiba.

Jarang aku bertemu dengannya di koridor.

Kami tidak pernah mengatur untuk bertemu. Aku datang ke perpustakaan untuk bekerja jadi kapan aku datang juga beragam.

Itu sebabnya meski aku pergi ke perpustakaan, aku tidak selalu bisa bertemu dengan Liz.

“Oh? Kamu mengubah gaya rambutmu hari ini.”

“Ya. panas sih, jadi aku memutuskan untuk melakukannya.”

“Begitu. Itu jepit rambut yang bagus.”

“Ma-makasih.”

Pintu berderit terbuka dan aku membiarkan Liz masuk lebih dahulu.

Liz segera mencari buku yang dia cari.

Kalau aku, aku menyerahkan buku yang kubawa ke pustakawan dan mencari buku lain untuk dipinjam.

Sudah kuduga segera setelah kami bertemu lagi, Liz menyadari kalau aku telah mengubah gaya rambutku.

Liz benar-benar sadar fashion, dia menyadari kalau aku menaikkan rambutku hanya dengan melirikku.

Jepit rambut ini adalah sesuatu yang kuterima dari Kapten dan itu agak memalukan jadi aku menjawabnya dengan bergumam.

“Hei Sei. Jepit rambut itu sangat cantik. Boleh aku melihatnya lebih dekat?”

“Aku tidak keberatan tapi......”

Dia memanggil dari belakangku saat aku berdiri di depan buku tanaman herbal.

Saat aku berbalik, Liz memasang senyum manis di wajahnya.

Aku tidak keberatan memperlihatkannya tapi sedikit merepotkan untuk memperbaiki rambutku setelah melepasnya. Tapi aku tidak keberatan memperlihatkannya jika aku tidak perlu melepasnya, itulah jawabanku.

Aku tidak bisa memperlihatkannya kalau aku berdiri di sini, jadi kami pindah ke meja baca. Aku duduk di kursi dan Liz berdiri di belakangku.

Meskipun dia tidak menyentuhnya, sepertinya dia melihatnya sangat dekat.

“Ini pengerjaan bagus.”

“Makasih.”

“Permata yang tertanamnya sangat bagus.”

“Sungguh?”

“Ya...... Hey, siapa yang memberikannya padamu?”

“Eh? Kenapa?”

“Yah, rasanya ini agak mahal untuk pemakaian sehari-hari. Itu sebabnya kupikir seseorang pasti telah memberikannya kepadamu. Apa aku salah?”

“Tidak, kamu benar.”

“Apakah Hawk-sama yang memberikannya padamu?”

“Ba-bagaimana kamu tahu!?

“Bagaimana......? Kupikir cukup mudah mengetahuinya.”

Dia benar tentang Kapten yang memberikannya padaku. Aku terkejut dan berbalik, Liz terlihat terkejut.

Eh, apa-apaan itu?

Mudah mengetahuinya?

Ketika aku bertanya kepadanya tentang hal itu, Liz mendesah, berdiri di depanku dan mengangkat jari telunjuknya.

“Pertama, rumor mengatakan kalau Hawk-sama menyukai seseorang.”

“Wow.”

“Menurutku orang itu adalah kamu.”

Serius?

Aku belum pernah mendengar rumor ini, tau?

Dan apa-apan dengan “kalau”, huh?

Liz mengangkat jari tengahnya.

“Kedua, permata di jepit rambutmu sama dengan warna mata Hawk-sama.”

“Kamu benar-benar memperhatikannya, ya......”

“Tentu saja, permata itu memberi jepit rambutnya hasil akhir yang bagus.”

“Tidak, bukan itu, maksudku warna mata Hawk-sama.”

“Warna mata Hawk-sama adalah ciri khusus keluarga Margrave, jadi itu sudah diketahui banyak orang.”

“Begitu.”

“Kupikir itu adalah kamu, karena dua hal itu.”

“Tetap saja, bisakah orang-orang mengetahui itu dengan cepat hanya karena permatanya cocok dengan warna mata Hawk-sama?”

“Ya, itu benar. Sudah ketahuan kalau Hawk-sama menyukai Sei.”

“Sudah tahu?!”

“Selain itu, sudah biasa di kerajaan ini untuk pria memberi warna mereka pada gadis yang mereka suka.”

“Warna mereka?”

“Misalnya warna rambut atau warna matanya. Sepertinya pria pada umumnya memberi hadiah yang sesuai dengan warna mata mereka.”

“Aku mengerti.”

Aku tidak mengetahui ini.

Jadi itu artinya, Kapten menyukai......

Tidak, tidak. Tunggu, tunggu.

Tidak mungkin aku berpikir lebih jauh dari itu!

Apa yang harus kulakukan? Apa benar-benar boleh aku menerima ini?

Direktur, kamu pasti mengetahui ini, kan?

Kenapa kamu tidak memberitahuku!?

Aku memegang kepalaku di pelukanku sambil duduk dan kemudian mendengar Liz cekikikan.

“Sei, kamu memerah loh.”

“Aku...... Aku tidak terbiasa dengan hal seperti ini!”

“Oh, begitukah?”

Ah, aku tidak percaya Liz menasihatiku tentang cinta saat dia berusia sekitar 10 tahun lebih muda dariku!

Liz memandangiku dengan hangat saat aku mengangkat wajahku. Aku benar-benar ingin melarikan diri.

Ah, serius nih aku ingin melarikan diri!

──Act 5 END──


Prev | ToC | Next